Luka Seorang Sahabat
oleh Rukini
Aku
memandang kaos kaki yang telah berwarna hitam kucel. Sudah seminggu yang lalu
aku tidak mengganti kaos kaki, alasannya singkat saja, sudah tiga hari hujan
lebat belum juga redah. Seisi lab-computer pada saat itu tidak memperhatikan aku
yang tengah menggantikan kaos baru yang baru saja aku beli di koperasi sekolah,
aku melirik kekanan dan ke kiri, “astaga
banyak sekali yang pakai kaos kaki sama” gumam ku dalam hati. Tiba-tiba datang
seorang anak laki-laki yang duduk tak jauh dari tempat dudukku, aku pun
terkejut melihat dia juga pakai kaos kaki yang sama dengan ku, warna nya pun
tak tampak bedah, aku kesal hingga aku pun akhirnya menyembunyikan kaos kaki
nya. Sebut saja cowok itu dodi, dodi memang sangat beda dengan yang lain, ia
adalah sesosok cowok yang sangat memperhatikan
kelengkapan alat-alat sekolah, tidak seperti aku yang hobby nya
menghilangkan alat-alat tulis dan juga jahil terhadap teman sendiri. Tepatnya
jam pelajaran computer usai, dodi tampak uring-uringan mencari kaos kakinya,
sementara disana hanya ada wiwit dan nadia.
“wit, kamu lihat kaos kaki aku tidak?” Tanya dodi kepada
wiwit.
“enggak kok. Memang kamu
letakin di mana?” Tanya balik wiwit kepada dodi, si pemilik hobi basket itu.
“makanya itu wit. Tadi perasaan
aku selipin di sepatu. Tapi kok, malah gak ada?” Tanya dodi yang sedang sangat
kebinggungan.
“mungkin , ada teman yang
kebawa kali. Terus lupa balikin, tapi kira-kira siapa ya?” wiwit lagi-lagi
member pendapatnya.
“ya
sih. Tapi kan, kita gak boleh nuduh
orang sembarangan dong.”
“ya terserah kamu aja! Siapa
tahu yang lain nemui tar,” ungkap nadia sambil memegang pundak dodi dengan
maksud meredakan kekhawatiran dodi yang tengah memuncak.
Akhirnya mereka berdua kembali kekelas, sambil
meneliti satu persatu kaos kaki siswa-siswi yang lain. Tapi sangat disayangkan,
hasil nya nol. Tentu saja, hal tersebut menjadi bahn pembicaraan siswa. Bukan
itu saja, setiap siswa saling tuduh menuduh antara satu dengan yang lainnya.
Senin pagi, nadia berlari-lari menuju ketempat duduk
dodi yang tengah menyelesaikan PR nya.
“dodi…!” panggil nadia yang dari jarak 4 meter sudah
sibuk tergessa-gesa mencari dodi.
“dodi, aku tahu kalau yang
nyuri kaos kaki kamu itu…” mendadak ia memotong pekataan nya, seolah-olah tidak
ingin di ketahui yang lain.
“mendingan kamu ikut aku deh!”
bisik nadia seolah datang dewi pwnyelamat. Kemudian, dodi menyetujui nadia
untuk membicarakan hal itu ditempat yang aman. Ketika dodi keluar kelas bersama
nadia, aku yang kebetulan memperhatikan mereka, merasa was-was karena takut
kalau perbuatan buruk ku sebentar lagi akan diketahui semua teman-teman. Kontan
saja, aku mengikuti keduanya.
Di dekat UKS, dodi dan nadia tampak serius berbicara.
Aku makin curiga, aku benar-benar panic. “ aku mesti ngapain nih?” Tanya aku
dalam hati. Sambil terus memperhatiakan gerak-gerik keduanya, aku mendengar
petikan kalimat pembicaraan mereka.
“ pokoknya, aku tahu deh siapa yang nyuri kaos kai kamu
itu, aku bakal kasi tahu kamu nanti sore, gimana?” ungkapan nadia yang
sepertinya mengulur-ulur informasi yang akan disampaikan itu.
“
kamu gila ya? Nanti sore itu, aku bakal tanding basket sama SMPN 1”, ungkap
dodi yang hendak menolak permintaan nadia itu.
“ ya
terserah kamu deh. Aku kan pengen bantuin kamu.ya kalau kamu bisa nemuin kaos
kaki kamu dengan cara kamu sendiri, never mind lah. Aku sih gak masalah.” Ujar
nadia sambil menguyah permet karetnya. Selanjutnya, dodi bertambah bingung. Ia
berfikir kalau nadia hanya mempermainkannya. Tapi apa boleh buat. Demi
mendapatkan kaos kaki nya itu, dodi rela engak ikut mengisi pertandingan
persahabatan antar SMP yang bakal diadain besok.
Setelah mendengar pembicaraan dodi dan nadia, terfikir
oleh ku agar melakukan sesuatu untuk menyelamatkan harga diriku didepan teman-teman.
Bagaimana pun juga, aku ngak mau di bilang sebagai pencuri. Aku hanya dijadikan
sebagai kambing hitam oleh nadia, yang benar saja aku kan Cuma menyembunyikan
bukan mencuri. Aku sendiri bingung apa yang sebenarnya di inginkan nadia, ada
sesuatu yang mengganjal fikiran ku. Nadia adalah teman kecilku. Apa pun akan
aku lakukan utuk membantu teman lu itu, termasuk membantu mendapat kan cowok
yang selama ini ada didalam hati nadia. Tapi, kenapa harus aku yang jadi korban
di depan teman-teman nanti. Apa maksud nya, aku sendiri masi sangat bingung.
Dua hari berlalu, aku masi setia menanti musim hujan reda. Setelah nadia menyakitiku,
aku merasa berubah menjadi 180 derajat. Apa yang selama ini menjadi tabiat
hilangkan. aku rajin mencuci kaos kakiku. Aku berencana untuk membuktikan
kepada teman-teman bahwa aku bukan lah pencuri kaos kaki dodi. Dodi harus
percaya kepadaku. Tapi, bagaiman mungkin. Selama ini kan dodi selalu bersikap
dingin terhadap aku.
“Rukini….!” Suara nadia memanggil aku dari balik motor yang
di kendarainya sepulang sekolah. aku pun berhenti sejenak melangkahkan kaki.
aku segerah memalingkan wajah ke arah nadia yang memanggilku.
“kamu ingat kan pesan aku?” gumam nadia setelah
mendekatiku.
“besok, kamu musti balikin tu
kaos kaki ke si dodi, gimana cara kamu mesti minta maaf dan ngakuin kalau kamu
yang ngambil kaos kaki nya, ok!” nadia dengan enak nya membuat aku semakin
tertekan. Nadia tidak peduli dengan perasaanku ketika itu. Selanjut nya aku
tidak berkomentar dan memberikan respon dengan menggukkan wajahku saja.
Selasa pagi, suasana
kelas IX C ketika itu sangat ramai. Seisi kelas membicarakan perihal hilangnya
kaos kaki dodi. Salah seorang anak bertubuh besar yang bernama heri
mengumbar-ubar kepada yang lain mengenai si pencuri kaos kaki dodi.
“eh,kamu
semua meski tahu kalau dikelas kita ternyata ada pencuri lho!” ungkap cowok
yang ember abis itu.
“siapa?”
Tanya yuni yang ngefens abis sama dodi.
“siapa
sih her?” Tanya tasya yang juga salah seorang biang gosip kelas kakap.
“kita
lihat saja nanti, bakal ada gebrakan besar dikelas ini” ungkap heri sambil melepar
pandangan sisnisnya kearah ku yang ketika itu baru saja tiba di kelas.
Jam pelajaran pun akhirnya usai. Seluruh kelas IX C
ketika itu berkumpul dan seketika itu dodi di gerumuti oleh seluruh teman-teman nya. Ia diwawancarai
oleh beberapa rekan OSIS yang saat itu di bantu oleh nadia. Belum sempat aku
sampai didekat teman-teman yang mengerumuni dodi, cewek-cewek klub basket yang
juga satu letting dengan dodi sudah menggemakan kata-kata2 yang sangat
menyakitkan.
Semuanya mengeluarkan kata-kata yang tidak etis.
Maklum, dodi memang digemari oleh cewek-cewek disekolah sehingga, kalau ada org
yang membuat kesalah terhadap dodi, dodi selalu dibelah tanpa pandang yang
memvuat maslah itu adalah cewek atau pun cowok. Ketika langkah sarah memasuki
kelas tiba-tiba seisi kelas menjadi sepi. Yang sebelum nya rebut membicarakan
aku, kini semuanya melihat aku tengah berjalan menuju dodi dengan membawa kaos
kaki kontan saja. Nadia yang saja ketika itu tengah berada di sebelah dodi
segerah angkat bicara.
“nah,betulkan! ternyata pencurinya Rukini.kamu liat itu
dodi pencurinya ada dihadapan kamu.kamu mau marahin dia,mau pukul atau mau kasi
hukumaan sih,itu sudah sepantasnya,gumam nadia dengan mengucapkan kata-kata yg
membuat aku diam terpaku di tengah-tengah temannya yg menatap sinis. Sementara
dodi hanya diam tanpa mengucapkan sepata kata pun terhadapku. Terlihat sorok
mata dodi yang tajam menatap aku.kontan saja tatapan sebel pun ia lemparkan
kepada gadis yang tidak sepenuh bersala ini.sudah seharusnya dodi kesal,tapi
anehnya dodi tak sedikitpun menegurku.
“ ayo
dong dodi?” paksa yuni, heri dan jois kepada cowok yang terkenal cool itu.
Beberapa detik kemudian, aku anggkt bicara kepada dodi,
“ini kaos kaki kamu,maaf aku bukan mencuri tapi aku
hanya mentembunyikannya,soalnya aku juga kesal sering kamu jahilin” ungkap ku
sambil menyodorkan kaos kaki yang sudah hampir seminggu lalu beradah di
tanganku itu.dan kemudian, dodi segera mengambil kaos kaki miliknya dengan agak
kasar dari tanganku. setelah diperlakukan demikian aku segerah beranjak dari
dodi dengan langka cepat sambil menahan air mata yg hendak jatuh membasahi
kelas itu. Sementara itu, suasana kelas menjadi rebut seperti semula. Semua
penghuni kelas IX C itu akhirnya memutuskan untuk pulang setelah mereka melihat
bahwa aku lah yang telah mencuri kaos kaki dodi, salah seorang cowok
berprestasi dikelas IX C itu. Dalam keheningan hanya ada nadia dan dodi saat
itu. Dodi sangat berterimakasi kepada nadia. sebagai ungkapan rasa terima
kasinya itu dodi memutuskan untuk mengantar nadia pulang.
Malam pun semakin kelam.hanya ada sepenggal wajah
manis dibalik cermin yang mengentaskan tara diibalik terang lampu. aku sedih
bukan karena dipermalukan didepan teman-teman. aku sedih karena nadia yang
selama ini aku anggaap sebagai sahabat telah menghapuskan kalimat itu,dari
benakku. nadia telah menggoreskan luka dihatiku, nadia telah lupa
berlembar-lembar kisa yang ku tulis dalam waktu yang tak lama. aku tak tahu apa
salahku sehingga nadia begitu tega berbuat sedemikian, tapi bukan berarti aku
harus putus asa menghadapi semua teman-temn disekolah. Yang terpenting bagiku
kini adalah aku sudah menggembalikan kaos kaki dodi. Setidaknya aku sudah lepas
dari tugasku sebagai sahabat yang telah di khianati.
Rabu pagi, aku mendapat giliran piket. Ketika meyapu
halaman depan kelas, aku menemukan sebuah kertas kucel. Tanpa fikir lama, aku
membuka kertas itu dan kemudian membacanya.
“aku benar-benar ngak ngira, orang yang selama ini ada
di hati aku ternyata seorang pencuri. Dia udah buat aku kesal dia udah bikin
aku gak jadi ikut tanding basket, pokoknya aku kesal. Kenapa aku bisa-bisanya
suka sama dia?”
Setelah selesai membaca kertas, jantungku berdegup
kencang. aku benar-benar tidak mengirah kalau ternyata dodi yang selamah ini mnyebalkan
menurut aku ternyata memendam perassaan kepadaku. Satu hal yang tidak pernah
aku fikirkan. Dan seketika itu aku berfikir semua sudah terlambat. Kini, diriku
sudah jelek dimata dodi. dodi yang ternyata dambaan nadia itu diam-diam punya
perasaaan khusus terhadapku. Setelah selesai menyapu halaman kelas aku segerah
kembali kekelas. ku mendapati sesosok nadia tengah menagis di bangkunya.
Langsung saja aku menghampirinya, kemudian aku menenangkan nadia.
“nad,kamu
kenapa? Apa kamu lagi ada masalah? Coba deh kamu cerita semua ke aku! Siapa
tahu aku bisa bantu,” pintaku kepada gadis yang telah mempermalukan ku kemarin
itu.
“aku
sebel sama dodi. Kemarin aku nemuin kertas di kolong mejanya, terus di kertas
itu dia bilang kalau dia suka sama kamu. Makanya aku nangis kayak gini.
Ternyata dia gak suka aku” ungkap nadia sambil melinangkan air matanya.
“rukini aku dah bikin kamu sakit hati,jadi kamu enggak
mungkin nemenin aku disinikan? dan juga kamu pasti enggak bagal maafin aku kan?”
“Kamu enggak berhak ngomong gitu nad yang ngerasain
sakit kan aku dan yg bisa nyembuinya tuh cuma kamu. Dan sekarang biar aku
nyembuin luka dengan ada disampingmu. Pada akhirnya aku merangkul erat tubuh
nadia. dan nadiah pun larut dalam sentuhan kasi sahabatnya.
Selesai
Baru belajar nulis, selamat membaca!!!