Sabtu, 06 Februari 2016

Story

Luka Seorang Sahabat
oleh Rukini


            Aku memandang kaos kaki yang telah berwarna hitam kucel. Sudah seminggu yang lalu aku tidak mengganti kaos kaki, alasannya singkat saja, sudah tiga hari hujan lebat belum juga redah. Seisi lab-computer pada saat itu tidak memperhatikan aku yang tengah menggantikan kaos baru yang baru saja aku beli di koperasi sekolah, aku melirik kekanan dan ke kiri,  “astaga banyak sekali yang pakai kaos kaki sama” gumam ku dalam hati. Tiba-tiba datang seorang anak laki-laki yang duduk tak jauh dari tempat dudukku, aku pun terkejut melihat dia juga pakai kaos kaki yang sama dengan ku, warna nya pun tak tampak bedah, aku kesal hingga aku pun akhirnya menyembunyikan kaos kaki nya. Sebut saja cowok itu dodi, dodi memang sangat beda dengan yang lain, ia adalah sesosok cowok yang sangat memperhatikan  kelengkapan alat-alat sekolah, tidak seperti aku yang hobby nya menghilangkan alat-alat tulis dan juga jahil terhadap teman sendiri. Tepatnya jam pelajaran computer usai, dodi tampak uring-uringan mencari kaos kakinya, sementara disana hanya ada wiwit dan nadia.
 “wit, kamu lihat kaos kaki aku tidak?” Tanya dodi kepada wiwit.
            “enggak kok. Memang kamu letakin di mana?” Tanya balik wiwit kepada dodi, si pemilik hobi basket itu.
            “makanya itu wit. Tadi perasaan aku selipin di sepatu. Tapi kok, malah gak ada?” Tanya dodi yang sedang sangat kebinggungan.          
            “mungkin , ada teman yang kebawa kali. Terus lupa balikin, tapi kira-kira siapa ya?” wiwit lagi-lagi member pendapatnya.                      
            “ya sih. Tapi kan, kita gak  boleh nuduh orang sembarangan dong.”
            “ya terserah kamu aja! Siapa tahu yang lain nemui tar,” ungkap nadia sambil memegang pundak dodi dengan maksud meredakan kekhawatiran dodi yang tengah memuncak.

Akhirnya mereka berdua kembali kekelas, sambil meneliti satu persatu kaos kaki siswa-siswi yang lain. Tapi sangat disayangkan, hasil nya nol. Tentu saja, hal tersebut menjadi bahn pembicaraan siswa. Bukan itu saja, setiap siswa saling tuduh menuduh antara satu dengan yang lainnya.
Senin pagi, nadia berlari-lari menuju ketempat duduk dodi yang tengah menyelesaikan PR nya.
 “dodi…!” panggil nadia yang dari jarak 4 meter sudah sibuk tergessa-gesa mencari dodi.
 “dodi, aku tahu kalau yang nyuri kaos kaki kamu itu…” mendadak ia memotong pekataan nya, seolah-olah tidak ingin di ketahui yang lain.
            “mendingan kamu ikut aku deh!” bisik nadia seolah datang dewi pwnyelamat. Kemudian, dodi menyetujui nadia untuk membicarakan hal itu ditempat yang aman. Ketika dodi keluar kelas bersama nadia, aku yang kebetulan memperhatikan mereka, merasa was-was karena takut kalau perbuatan buruk ku sebentar lagi akan diketahui semua teman-teman. Kontan saja, aku mengikuti keduanya.
Di dekat UKS, dodi dan nadia tampak serius berbicara. Aku makin curiga, aku benar-benar panic. “ aku mesti ngapain nih?” Tanya aku dalam hati. Sambil terus memperhatiakan gerak-gerik keduanya, aku mendengar petikan kalimat pembicaraan mereka.
            “ pokoknya, aku tahu deh siapa yang nyuri kaos kai kamu itu, aku bakal kasi tahu kamu nanti sore, gimana?” ungkapan nadia yang sepertinya mengulur-ulur informasi yang akan disampaikan itu.
            “ kamu gila ya? Nanti sore itu, aku bakal tanding basket sama SMPN 1”, ungkap dodi yang hendak menolak permintaan nadia itu.
            “ ya terserah kamu deh. Aku kan pengen bantuin kamu.ya kalau kamu bisa nemuin kaos kaki kamu dengan cara kamu sendiri, never mind lah. Aku sih gak masalah.” Ujar nadia sambil menguyah permet karetnya. Selanjutnya, dodi bertambah bingung. Ia berfikir kalau nadia hanya mempermainkannya. Tapi apa boleh buat. Demi mendapatkan kaos kaki nya itu, dodi rela engak ikut mengisi pertandingan persahabatan antar SMP yang bakal diadain besok.

Setelah mendengar pembicaraan dodi dan nadia, terfikir oleh ku agar melakukan sesuatu untuk menyelamatkan harga diriku didepan teman-teman. Bagaimana pun juga, aku ngak mau di bilang sebagai pencuri. Aku hanya dijadikan sebagai kambing hitam oleh nadia, yang benar saja aku kan Cuma menyembunyikan bukan mencuri. Aku sendiri bingung apa yang sebenarnya di inginkan nadia, ada sesuatu yang mengganjal fikiran ku. Nadia adalah teman kecilku. Apa pun akan aku lakukan utuk membantu teman lu itu, termasuk membantu mendapat kan cowok yang selama ini ada didalam hati nadia. Tapi, kenapa harus aku yang jadi korban di depan teman-teman nanti. Apa maksud nya, aku sendiri masi sangat bingung. Dua hari berlalu, aku masi setia menanti musim hujan reda. Setelah nadia menyakitiku, aku merasa berubah menjadi 180 derajat. Apa yang selama ini menjadi tabiat hilangkan. aku rajin mencuci kaos kakiku. Aku berencana untuk membuktikan kepada teman-teman bahwa aku bukan lah pencuri kaos kaki dodi. Dodi harus percaya kepadaku. Tapi, bagaiman mungkin. Selama ini kan dodi selalu bersikap dingin terhadap aku.
            “Rukini….!” Suara nadia memanggil aku dari balik motor yang di kendarainya sepulang sekolah. aku pun berhenti sejenak melangkahkan kaki. aku segerah memalingkan wajah ke arah nadia yang memanggilku.
            “kamu ingat kan pesan aku?” gumam nadia setelah mendekatiku.
            “besok, kamu musti balikin tu kaos kaki ke si dodi, gimana cara kamu mesti minta maaf dan ngakuin kalau kamu yang ngambil kaos kaki nya, ok!” nadia dengan enak nya membuat aku semakin tertekan. Nadia tidak peduli dengan perasaanku ketika itu. Selanjut nya aku tidak berkomentar dan memberikan respon dengan menggukkan wajahku saja.
Selasa pagi, suasana kelas IX C ketika itu sangat ramai. Seisi kelas membicarakan perihal hilangnya kaos kaki dodi. Salah seorang anak bertubuh besar yang bernama heri mengumbar-ubar kepada yang lain mengenai si pencuri kaos kaki dodi.
            “eh,kamu semua meski tahu kalau dikelas kita ternyata ada pencuri lho!” ungkap cowok yang ember abis itu.
            “siapa?” Tanya yuni yang ngefens abis sama dodi.
            “siapa sih her?” Tanya tasya yang juga salah seorang biang gosip kelas kakap.
            “kita lihat saja nanti, bakal ada gebrakan besar dikelas ini” ungkap heri sambil melepar pandangan sisnisnya kearah ku yang ketika itu baru saja tiba di kelas.
Jam pelajaran pun akhirnya usai. Seluruh kelas IX C ketika itu berkumpul dan seketika itu dodi di gerumuti  oleh seluruh teman-teman nya. Ia diwawancarai oleh beberapa rekan OSIS yang saat itu di bantu oleh nadia. Belum sempat aku sampai didekat teman-teman yang mengerumuni dodi, cewek-cewek klub basket yang juga satu letting dengan dodi sudah menggemakan kata-kata2 yang sangat menyakitkan.
Semuanya mengeluarkan kata-kata yang tidak etis. Maklum, dodi memang digemari oleh cewek-cewek disekolah sehingga, kalau ada org yang membuat kesalah terhadap dodi, dodi selalu dibelah tanpa pandang yang memvuat maslah itu adalah cewek atau pun cowok. Ketika langkah sarah memasuki kelas tiba-tiba seisi kelas menjadi sepi. Yang sebelum nya rebut membicarakan aku, kini semuanya melihat aku tengah berjalan menuju dodi dengan membawa kaos kaki kontan saja. Nadia yang saja ketika itu tengah berada di sebelah dodi segerah angkat bicara.
“nah,betulkan! ternyata pencurinya Rukini.kamu liat itu dodi pencurinya ada dihadapan kamu.kamu mau marahin dia,mau pukul atau mau kasi hukumaan sih,itu sudah sepantasnya,gumam nadia dengan mengucapkan kata-kata yg membuat aku diam terpaku di tengah-tengah temannya yg menatap sinis. Sementara dodi hanya diam tanpa mengucapkan sepata kata pun terhadapku. Terlihat sorok mata dodi yang tajam menatap aku.kontan saja tatapan sebel pun ia lemparkan kepada gadis yang tidak sepenuh bersala ini.sudah seharusnya dodi kesal,tapi anehnya dodi tak sedikitpun menegurku.
            “ ayo dong dodi?” paksa yuni, heri dan jois kepada cowok yang terkenal cool itu. Beberapa detik kemudian, aku anggkt bicara kepada dodi,
“ini kaos kaki kamu,maaf aku bukan mencuri tapi aku hanya mentembunyikannya,soalnya aku juga kesal sering kamu jahilin” ungkap ku sambil menyodorkan kaos kaki yang sudah hampir seminggu lalu beradah di tanganku itu.dan kemudian, dodi segera mengambil kaos kaki miliknya dengan agak kasar dari tanganku. setelah diperlakukan demikian aku segerah beranjak dari dodi dengan langka cepat sambil menahan air mata yg hendak jatuh membasahi kelas itu. Sementara itu, suasana kelas menjadi rebut seperti semula. Semua penghuni kelas IX C itu akhirnya memutuskan untuk pulang setelah mereka melihat bahwa aku lah yang telah mencuri kaos kaki dodi, salah seorang cowok berprestasi dikelas IX C itu. Dalam keheningan hanya ada nadia dan dodi saat itu. Dodi sangat berterimakasi kepada nadia. sebagai ungkapan rasa terima kasinya itu dodi memutuskan untuk mengantar nadia pulang.
Malam pun semakin kelam.hanya ada sepenggal wajah manis dibalik cermin yang mengentaskan tara diibalik terang lampu. aku sedih bukan karena dipermalukan didepan teman-teman. aku sedih karena nadia yang selama ini aku anggaap sebagai sahabat telah menghapuskan kalimat itu,dari benakku. nadia telah menggoreskan luka dihatiku, nadia telah lupa berlembar-lembar kisa yang ku tulis dalam waktu yang tak lama. aku tak tahu apa salahku sehingga nadia begitu tega berbuat sedemikian, tapi bukan berarti aku harus putus asa menghadapi semua teman-temn disekolah. Yang terpenting bagiku kini adalah aku sudah menggembalikan kaos kaki dodi. Setidaknya aku sudah lepas dari tugasku sebagai sahabat yang telah di khianati.
Rabu pagi, aku mendapat giliran piket. Ketika meyapu halaman depan kelas, aku menemukan sebuah kertas kucel. Tanpa fikir lama, aku membuka kertas itu dan kemudian membacanya.

“aku benar-benar ngak ngira, orang yang selama ini ada di hati aku ternyata seorang pencuri. Dia udah buat aku kesal dia udah bikin aku gak jadi ikut tanding basket, pokoknya aku kesal. Kenapa aku bisa-bisanya suka sama dia?”

Setelah selesai membaca kertas, jantungku berdegup kencang. aku benar-benar tidak mengirah kalau ternyata dodi yang selamah ini mnyebalkan menurut aku ternyata memendam perassaan kepadaku. Satu hal yang tidak pernah aku fikirkan. Dan seketika itu aku berfikir semua sudah terlambat. Kini, diriku sudah jelek dimata dodi. dodi yang ternyata dambaan nadia itu diam-diam punya perasaaan khusus terhadapku. Setelah selesai menyapu halaman kelas aku segerah kembali kekelas. ku mendapati sesosok nadia tengah menagis di bangkunya. Langsung saja aku menghampirinya, kemudian aku menenangkan nadia.
            “nad,kamu kenapa? Apa kamu lagi ada masalah? Coba deh kamu cerita semua ke aku! Siapa tahu aku bisa bantu,” pintaku kepada gadis yang telah mempermalukan ku kemarin itu.
            “aku sebel sama dodi. Kemarin aku nemuin kertas di kolong mejanya, terus di kertas itu dia bilang kalau dia suka sama kamu. Makanya aku nangis kayak gini. Ternyata dia gak suka aku” ungkap nadia sambil melinangkan air matanya.
“rukini aku dah bikin kamu sakit hati,jadi kamu enggak mungkin nemenin aku disinikan? dan juga kamu pasti enggak bagal maafin aku kan?”
“Kamu enggak berhak ngomong gitu nad yang ngerasain sakit kan aku dan yg bisa nyembuinya tuh cuma kamu. Dan sekarang biar aku nyembuin luka dengan ada disampingmu. Pada akhirnya aku merangkul erat tubuh nadia. dan nadiah pun larut dalam sentuhan kasi sahabatnya. 

Selesai

Baru belajar nulis, selamat membaca!!!